ZMedia Purwodadi

KISAH NYIMAS UTARI

Table of Contents

❤️🇲🇨⭐ KISAH NYIMAS UTARI ⭐🇲🇨❤️
Kisah NYIMAS UTARI  ini memang sangat menarik namun sayangnya tidak banyak bukti yang bisa dijadikan bukti yang kuat dan valid sebagai bukti sejarah sehingga tidak hanya  sebagai kisah LEGENDA. 
Dan memang cukup menarik jika kita tahu dan mengerti dengan jelas siapa RADEN NYIMAS UTARI SANDI JAYA NINGSIH yang dikisahkan oleh beberapa media online sebagai Pahlawan Wanita dari Sunter yang pernah menjadi TELIK SANDI DARI KESULTANAN  MATARAM DAN DALAM TUGAS ITU BERHASIL MERACUNI DAN MEMBUNUH GUBERNUR JENDERAL  HINDIA BELANDA ATAU VOC JAN PIETERSZOON COEN.

Raden Ayu Utari Sandi Jaya Ningsih dalam kisahnya diceritakan sebagai agen intelijen wanita dari Kesultanan Mataram yang sukses meracuni dan membunuh Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen. Kisah yang dimuat media ini sangat menarik karena memang tidak pernah ditemui dalam Kisah sejarah atau ditulis dalam buku sejarah Indonesia hingga saat ini. Tentu saja kisah ini membuat penasaran bagi yang sudah membacanya dan timbul pertanyaan tentang profil dari NYIMAS UTARI sebenarnya.
Berikut ini adalah kisahnya : 

NYIMAS UTARI bernama lengkap Raden Ayu Utari Sandi Jaya Ningsih putri dari Raden  Bagus Wanabaya yang merupakan putra dari Ki Ageng Wanabaya atau yang dikenal sebagai Ki Ageng Mangir. 

Makam NYIMAS UTARI nyaris tidak diketahui  selama ratusan tahun. Dan baru diketahui berada di pemakaman di dekat Kali Sunter dan berada di bawah pepohonan rindang. 
Pemakaman ini adalah pemakaman wakaf dari warga RT 02 RW 013. 
Berada di ujung gang sepanjang 400-500 meter dari Jalan Raya Tapos. Makam Nyimas Utari ini adalah makam yang dikeramik berwarna merah jambu. Di nisannya yang dibuat dari batu granit hitam tertulis dengan jelas namanya : 
‘Nyimas Utari Sandi Jaya Ningsih’ 
(Kesuma Bangsa Puteri Mataram)
Ditulis dengan menggunakan tinta berwarna  kuning keemasan. 

Di pagar tembok bagian dalam juga terpasang poster berisi puisi ‘Gugur Bunga’ karya Ismail Marzuki. Makam Nyimas Utari ini berjarak sekitar 3 meter dari makam Syekh Auliamudin, yang berada di dalam cungkup lengkap dengan pintu dan jendela terali besi yang bercat kuning keemasan.

Sejak dulu warga sekitar menyebutnya makam keramat Syekh Auliamudin. Syekh Auliamudin dikenal sebagai seorang ulama dan pedagang asal Aceh. Tetapi makam dari Nyimas Utari baru diketahui oleh pengurus pemakaman pada tahun 1970-an. Nyimas Utari diketahui sebagai istri dari Syekh Auliamudin baru kemudian dibuatkan makam dengan nisan bertulisan " Nyimas Utari Sandi Jaya  Ningsih".
 
Sebelumnya, masyarakat sekitar tidak ada yang tahu siapa Nyimas Utari. Hal itu diketahui sejak kedatangan KH Syarif Rahmat, yang menjadi pengasuh dari Pondok Pesantren Umul Quro, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, beserta para  jemaahnya yang berziarah pada bulan Agustus 2020. Pada saat itu Kiai Syarif Rahmat juga  menjelaskan bahwa makam itu adalah makam dari pejuang wanita dari Kesultanan Mataram bernama Raden Ayu Utari Sandi Jaya Ningsih.

Sejak itulah warga mengetahui sosok Nyimas Utari yang sebenarnya, yaitu seorang Telik sandi atau mata-mata (intelijen) dari pasukan Mataram. Mereka baru tahu bahwa Nyimas Utari adalah tokoh yang meracuni Gubernur Jenderal VOC atau  Vereenigde Oost Indische Compagnie yang bernama : Jan Pieterszoon Coen pada tanggal 20 September 1629. 
Kisah selanjutnya Gubernur Jenderal VOC, 
Jan Pieterszoon Coen dipenggal dan kepala Jan Pieterszoon Coen kemudian dibawa ke 
ibukota Kesultanan Mataram di Kotagede.

Setelah itu warga setempat bersepakat untuk. mengganti kembali nisan makam dengan yang baru dengan tulisan Nyimas Utari Sandi Jaya Ningsih. Kiai Syarif Rahmat dan warga juga  bermusyawarah untuk menunjuk Rudi sebagai juru kunci baru di pemakaman wakaf yang sudah sekian tahun lamanya tidak memiliki   pengurusnya itu.

Keberadaan makam Nyimas Utari nyaris tidak terlacak selama tiga abad lebih atau 389 tahun. Akhirnya warga tahu Nyimas Utari merupakan cicit pendiri dan Sultan pertama Kesultanan   Mataram, Panembahan Senopati atau disebut juga Danang Sutawijaya, yang berkuasa pada tahun 1586-1601 Masehi. Selain itu Nyimas Utari merupakan keponakan dari Sultan Agung Hanyokrokusumo yang bernama kecil Raden Mas Jatmika yang menjadi Sultan ketiga dari Kesultanan Mataram pada tahun 1593-1645. 

Makam dari Nyimas Utari berjarak sekitar 3-4 kilometer dari makam Mbah Bayun atau Raden Ayu Roro Pembayun di Kampung Kramat, Kelurahan Kebayunan, Tapos. Mbah Bayun adalah nenek dari Nyimas Utari sekaligus putri dari Panembahan Senopati. Mbah Bayun menemani putranya, Raden Bagus Wanabaya ayah dari Nyimas Utari, mengawasi pergerakan dari pasukan Mataram menuju Batavia pada tahun 1627-1629.

Warga Tapos tidak tahu siapa Nyimas Utari karena para leluhur di kampung sekitar itu secara turun-temurun juga tidak pernah  menceritakan sosok Nyimas Utari. Hal itu bisa dipahami terkait kekhawatiran para leluhur terkait peran dan tugas Nyimas Utari.  

Keberadaan Nyimas Utari kemungkinan besar  memang sengaja disembunyikan karena takut terlacak pasukan kompeni (VOC). Dan hanya jasadnya saja yang dibawa ke sini. Wajar saja bila kisah ini tidak diketahui oleh generasi selanjutnya. Orang-orang tua di sini juga sudah tidak ada yang tahu ceritanya.

Nyimas Utari dikenal cantik dan juga pandai menyanyi, sehingga dengan mudah dan cepat bisa menarik perhatian Eva Ment, istri dari Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Karena kedekatannya dengan istri Gubernur Jenderal itu, kapal dagang Mahmudin-Utari dipercaya untuk mengangkut meriam ke Madagaskar. Setahun kemudian, pada tahun.1629, Nyimas Utari mendapat kepercayaan untuk keluar-masuk kastil dan bergaul dengan orang Eropa, khususnya Eva Ment dan juga  anak-anaknya. Sedangkan Mahmudin juga    dipercaya menjadi juru tulis dari Gubernur Jenderal Jan Pueterzoon Coen.
Keberhasilan dari Nyimas Utari yang pertama adalah menyingkirkan pengawal andalan dari 
Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, yaitu Pieter Jacobszoon Courtenhoeff. Nyimas Utari melaporkan adanya perselingkuhan dari putri  Specx  yang bernama Sara Specx dengan  Courtenhoeff di dalam kamarnya. Courtenhoeff akhirnya dihukum mati melalui sidang Dewan Pengadilan Batavia pada bulan Juni 1629. Sementara itu, Sara Specx dihukum cambuk di depan Staadhuis Plein yang sekarang menjadi  Museum Fatahilah. 

Langkah selanjutnya, Nyimas Utari juga mulai mengincar Eva Ment, yang pada saat itu tengah hamil tua. Ia berhasil meracuni makanan dan minuman Eva Ment dan anak-anaknya hingga tewas pada tanggal 16 September 1629. Melihat istri dan anak-anaknya tewas, Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen pada akhirnya mengalami keguncangan jiwa dan mental. Ia terlihat sering minum minuman keras hingga mabuk berat. 
Hal itu tidak disia-siakan Nyimas Utari, yang juga secara sembunyi-sembunyi menuangkan racun ke dalam minuman Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen pada tanggal 
20 September 1629. Pada saat Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen mabuk berat minuman yang sudah dicampur racun, Nyimas Utari mengantarnya ke dalam kamar. 

Penguasa Batavia yang saat itu tengah gundah gulana tersebut sempat tergiur oleh kecantikan Nyimas Utari dan hendak memperkosanya. Nyimas Utari juga melawan, tetapi tidak lama 
Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen  ambruk akibat racun yang sudah menjalar 
di dalam darahnya.

Pada saat kejadian itu, secara diam-diam,  Mahmudin juga sudah berada di dalam kamar. Seketika ia mengeluarkan pedangnya dan menebaskan ke leher Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen hingga putus. Mahmudin dan Nyimas Utari berhasil membawa kepala dari Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen hingga putus. 

Mahmudin secara sembunyi-sembunyi keluar dari benteng VOC. Potongan kepala Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen diserahkan kepada Tumenggung Surotani. Dialah yang kemudian yang membawa potongan kepala dari Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen
ke hadapan Sultan Agung di Keraton Mataram di Kotagede.
 
Mahmudin dan Nyimas Utari terus bergerilya menghindari kejaran pasukan kompeni VOC. Tapi Utari sempat tertembak pasukan VOC yang tengah melakukan pertempuran dengan pasukan Banten dan Cirebon yang dipimpin Pangeran Ahmad Jayakarta di Jatinegara. 
Nyimas Utari yang terluka kemudian dibawa  Mahmudin ke Tapos. 

Di kemudian hari, pada saat Sultan Agung wafat pada tahun 1645, potongan kepala dari
Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen yang diawetkan dikuburkan di anak tangga makam Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Kematian dari Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen bagi sebagian sejarawan juga masih kontroversial karena ada yang mempercayai kematiannya disebabkan oleh penyakit kolera. Kuburan dari 
Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen di Batavia pun masih menjadi tanda tanya hingga sekarang.

Menyambung kisah dari Nyimas Utari ini ada keterangan tambahan dari seorang sejarawan dari Yogyakarta, Ki Herman Janutama, .

Menurut Ki Herman Janutama Telik sandi dari Kesultanan Mataram ini memang nyata dan diberi nama TELIK SANDI DOM SUMURUPING BANYU yang artinya : Jarum yang Dimasukan Air yang dalam pengertian militer infiltrasi atau penyusupan orang ke dalam benteng lawan dengan cara menyamar.  

Infiltrasi dari telik sandi Kesultanan Mataram ke Batavia memang sudah dirancang sejak tahun 1627. Dengan mengerahkan orang-orang dari Tumenggung Kertiwongso dari Tegal, komandan kelompok intel Mataram ini adalah  Raden Bagus Wonoboyo yang membangun wilayah bantaran Kali Sunter di daerah Tapos untuk menjadi basis mereka. 

Untuk melengkapi kerja-kerja rahasia tersebut, Raden Bagus Wonoboyo mengirimkan putrinya yang juga memiliki kemampuan telik sandi mumpuni, yaitu Nyimas Utari, untuk bergabung dengan agen telik sandi asal Samudera Pasai, bernama Mahmuddin. “ Mahmuddin memiliki nama sandi Wong Agung Aceh. Mahmuddin  kemudian menikahi Nyimas Utari.

Mereka berdua memasuki memasuki benteng VOC di Batavia dengan kamuflase sebagai pebisnis. Mereka memiliki kapal dagang yang disewa VOC untuk mengangkut meriam dari Madagaskar. Keduanya kemudian dipercaya Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen sebagai mitra bisnis VOC. Begitu dekatnya, hingga mereka memiliki akses masuk ke kastil dan bergaul dengan Eva Ment, isteri dari Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen dan bergaul dengan anak-anaknya.

Berdasarkan Silsilahnya ayah dari Nyimas Utari yang bernama Raden Bagus Wonoboyo adalah keturunan dari Kyai Ageng Mangir III atau  Ki Jaka Mangir Wonoboyo yang disebut juga keturunan dari Raja Brawijaya V  seperti juga Sultan dari Mataram.

Ki Kyai Ageng Mangir III ini menikahi Gusti Kanjeng Ratu Pambayun / Retna Pembayun yang diperkirakan meninggal pada tahun 1625.
Dalam kisah Ki Ageng Mangir Wonoboyo juga pernah melakukan kesalahan dan dihukum oleh Kesultanan Mataram. 

Ki Kyai Ageng Mangir III adalah menantu dari 
Panembahan Senopati dan memiliki seorang putra bernama Raden Bagus Wonoboyo, yang merupakan ayah dari Nyimas Utari.
Raden Bagus Wonoboyo lahir di Pati tahun 
1588 dan menikah dengan Nyimas Linggarjati 
Menjadi Panglima atau Komandan divisi Telik Sandi di Mataram, Timnya berhasil membunuh Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen  pada tanggal 20 September 1629.
Nama lainnya adalah Raden Panji Wanayasa.

Putrinya yang dikenal bernama Nyimas Utari dalam silsilah dikenal dengan nama  Nyi Utari Sandyaningsih atau Nyi Utari Wonosobo.
Dibantu oleh Asisten dari Jan Pieterszoon  Coen yang bernama Wong Agung Aceh, Nyi Utari yang pada saat itu menyamar menjadi penyanyi klub, membunuh Jan Pieterszoon Coen pada tanggal 20 September 1629 
dengan cara memasukkan racun arsenikum dalam minuman sang Gubernur Jenderal dan   memenggal kepala Gubernur Jenderal dan menyerahkannya pada Wong Agung Aceh yang kemudian melarikannya keluar benteng. 

Kepala dari Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen kemudian diterima oleh Tumenggung SuroTani dan Raden Bagus Wanabaya untuk dibawa ke Mataram - Plered ( Kartasura ).
Sultan Agung memerintahkan agar kepala itu diawetkan dan kelak dikuburkan di tengah tangga ke makam Sultan Agung. Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen tewas karena kelengahan dan kehilangan kewaspadaan karena terpukul kematian istri dan anaknya pada tanggal 16 September 1629 atau 4 hari sebelum Gubernur Jenderal  Jan Pieterszoon Coen tewas, apakah Nyi Utari berperan dalam tewasnya istri dan anak JP Coen? yang jelas Nyi Utari adalah sahabat karib Eva Ment, istri Jan Pieterszoon Coen. Intrik dalam benteng Batavia ini dirancang cermat oleh Raden Bagus Wanabaya yang mempertaruhkan keselamatan Nyi Utari Sandi Jayaningsih anaknya, operasi intelejen ini jelas terinspirasi cerita saat Roro Pembayun, sang ibunda menjadi penari jalanan dalam upaya Kesultanan Mataram Kotagedhe dapat menaklukkan kerajaan Mangir 50 tahun sebelumnya.

Sekarang  jasad dari sang pahlawan Nyi Utari Sandijayaningsih terbaring damai bersama jenazah Wong agung Aceh yang menjadi suaminya di keramat Tapos yang terkenal dengan keramat Wali Mahmudin, dinaungi oleh pohon Beringin yang tumbuh miring merunduk seolah menghormati tuannya, Pohon Beringin besar bergaris tengah 2 meter itu menjadi saksi sebuah episode bisu perjuangan besar pahlawan Tapos Depok.
  
Dewi Sekar Rinonce adalah keturunan dari Panembahan Senopati yang menikah dengan  
Tumenggung Maduseno  atau Tumenggung Kertiwongso dari Kesultanan Mataram.
Tumengung Kertiwongso berasal dari Tegal membantu Raden Bagus Wonoboyo membuat telik sandi Mataram.

❤️⭐❤️⭐❤️⭐❤️⭐❤️⭐❤️⭐❤️⭐❤️⭐

Post a Comment